Konsentrasi penyiaran di tangan segelintir konglomerat media menciptakan pilihan semu: jumlah stasiun TV beragam, tapi isinya seragam!
Kini, langkah pertama sebelum ke dokter adalah googling dulu gejalanya. Tapi apakah langkah ini tepat?
Krisis Covid-19 memberikan pengalaman menonton sepakbola yang berbeda. Salah satunya adalah makin mengentalnya logika media dalam setiap laga.
Memanipulasi emosi, modus operandi para pengiklan. Etis atau tidaknya, masalah belakangan.
Media memang penuh dengan masalah. Tapi bukan seperti imajinasi parno sekte teori konspirasi.
Bukan lagi milik dirinya, tubuh perempuan menjadi ajang perdebatan publik dan diatur oleh negara. Regulasi yang ada menunjukkan demikian.
Komisi Penyiaran Indonesia diamanatkan UU Penyiaran untuk melindungi kelompok marjinal di sektor penyiaran. Tapi sepertinya mereka ogah-ogahan.