Konsentrasi penyiaran di tangan segelintir konglomerat media menciptakan pilihan semu: jumlah stasiun TV beragam, tapi isinya seragam!
Paras rupawan kerap dianggap sebagai berkah. Tapi obsesi kita secara sosial pada kecantikan adalah masalah.
Ramainya pemutaran film dokumenter Sexy Killers kerap disertai dengan diskusi. Hal ini menunjukkan potensi terbukanya ruang-ruang publik baru dalam membicarakan berbagai isu. Namun sebenarnya, seberapa besar dampaknya bagi deliberasi politik?
Pemilu 2019 membosankan dan tak produktif. Adakah upaya media untuk mendorong munculnya diskursus alternatif?
Profesor Kajian Media dan Komunikasi dari Universitas Lund bicara soal hubungan kajian media dengan industri dan politik.
Profesor Kajian Media dan Komunikasi dari Universitas Lund bicara soal riset khalayak serta kajian terbarunya soal resepsi khalayak atas film dokumenter Joshua Oppenheimer, Jagal.
Sebuah wawancara dengan dua sutradara Jakarta Unfair, Sindy Febriyani dan Dhuha Ramadhani.
ISIS telah menjadi primadona baru bagi ideologi kekerasan di media digital. Kenapa organisasi pseudo-negara itu bisa demikian besar?
Lebih dari 50 tahun pertelevisian di Indonesia, rating masih menjadi raja. Benarkah rating menjadi penyebab munculnya program-program televisi tak bermutu?
Kunjungan jurnalis Indonesia ke Israel menuai kontroversi. Konflik berkepanjangan Israel-Palestina menempatkan banyak jurnalis dalam posisi dilematis dan menghadapi ancaman.
Ketika layanan streaming mudah didapat, regulasi masih tersendat. Hadirnya Netflix di Indonesia membuka perdebatan baru lintas disiplin dan kementrian.